Minggu, 24 Januari 2010


PENDAHULUAN
Pemeriksaan fisik berasal dari kata physical examination berarti memeriksa tubuh dengan atau tanpa alat untuk mendapatkan informasi yang menggambarkan kondisi klien.pemeriksaan fisik merupakan salah satu bagian dari rangkaian pengkajian, dalam asuhan kebidanan pengkajian merupakan tahapan yang pertama dilakukan oleh seorang perawat atau bidan sebelum menentukan masalah kebidanan atau keperawatan.
Kemampuan bidan atau perawat melakukan pemeriksaan fisik secara komprehensip sangat diperlukan karena data yang diperolah dari pemeriksaan fisik ini akan menjadi dasar dalam penentuan masalah. Untuk dapat memahami pemeriksaan fisik yang baik dan benar dibutuhkan pemahaman terhadap konsep anatomi, fisiologi tubuh manusia dan pathofisiologi serta didukung oleh ketrampilan melalui latihan – latihan sehingga menjadi terbiasa. Dalam pemeriksaan fisik juga diperlukan integrasi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dari pemeriksa sampai pada menginterprestasikan dan mengintegrasikan data temuan satu dengan data temuan yang lainnya.
Pengkajian fisik pada dasarnya sam, baik yang dilakukan oleh dokter, perawat atu bidan, semuanya untuk menemukan penyimpangan secara objektif dari keadaan fisiologis atau normal, perbedaannya adalah dalam memanfaatkan data tersebut, bidan atau perawat memperolah data dari pemeriksaan fisik untuk menentukan keputusan masalah sebagai awal dalam memberikan asuhan kebidanan.
Dalam pelaksanaannya pemeriksaan fisik bersamaan dengan metode pengumpulan data lainnya seperti wawancara ( anamnesa ), dan observasi, untuk itu bidan juga harus menguasai tehnik anamnesa yang benar dan pengamatan yang akurat sesuai dengan kondisi pasien.



B. PRINSIP DASAR DAN TEHNIK PEMERIKSAAN FISIK
1. TUJUAN
Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengumpulkan data tentang kesehatanpada mata pasien, menambah informasi atau menyangkal data yang diperoleh dari riwayat pasien, mengidentifikasi masalah pada system penglihatan pasien, menilai perubahan status pasien serta untuk mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah diberikan.
2. Persiapan
Ada beberapa yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan pemeriksaan fisik yaitu persiapan ruangan, persiapan peralatan dan persiapan pasien.Ruangan hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga kita dapat mengerjakan dengan mudah dan privacy klien terjaga, ruangan sebaiknya terpisah dengan ruangan lain atau bila tidak memungkinkan menggunakan penyekat. Pencahayaan ruangan harus mencukupi, pertahankan ketenangan ruangan, meja pemeriksa diatu setinggi pinggang pemeriksa.
Peralatan yang digunakan tergantung jenis dan tujuan pemeriksaan.untuk pemeriksaan mata alat yang perlu disiapkan adalah : lampu senter, kartu snellen, catatan dan pensil.sebelum pemeriksaan fisik dilakukan klien harus dipersiapkan dan kenyamanan tetap terjaga.
3. Tehnik pemeriksaan
Tehnik pemeriksaan fisik pada system penglihatan yang dilakukan hanyalah pemeriksaan secara inspeksi dan palpasi.

Inspeksi adalah proses pengamatan dengan menggunakan mata ( periksa pandang ) inspeksi dilakukan untuk mendeteksi tanda – tanda fisik yang berhubungan dengan status fisik. Inspeksi dilakukan secara terperinci dan terfokus pada ukuran, bentuk, posisi, kelainan anatomis organ, warna, tekstur, penampilan, pergerakan dan kesimetrisan. Mulailah melakukan inspeksi saat bertemu dengan klien, amati dari hal – hal umum kemudian ke hal – hal khusus.


Langkah – langkah pemeriksaan fisik adalah:
Atur cahaya ruangan yang cukup
Atur suasana dan suhu ruangan yang nyaman
Perhatikan pesan pertama klien, meliputi : perilaku, ekspresi, penampilan umum :postur tubuh dan gerakannya.
Bila perlu gunakan kaca pembesar untuk membantu inspeksi
Lakukan inspeksi secara sistematis, bandingkan mata yang satu dengan , mata yang satunya lagi’

Palpasi dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau rabaan ( periksa raba ). Metode ini dikerjakan untuk mendeterminasi ciri – ciri organ yakni mengidentifikasi ukuran, bentuk, tekstur, temperature, kelembaban, pulsasi, vibrasi, konsistensi dan mobilitas.alat utama palpasi adalah tangan. Bagian – bagian tertentu dari tangan dapat menentukan karakteristik tertentu yaitu: punggung tangan efektif untuk mengidentifikasi suhu, ujung jari digunakan untuk menentukan tekstur dan ukuran, karena diujung jari banyak terdapat ujung – ujung syaraf yang lebih padat. Bagian telapak tangan efektif untuk mengidentifikasi vibrasi melalui hantaran tulang metacarpal.
Ada dua palpasi yaitu palpasi ringan ( light palparion ) dan palpasi dalam ( deep palparion ).palpasi ringan banyak digunakan dalam pemeriksaan fisik dengan cara ujung – ujung jari pada satu atau dua tangan digunakan secara simultan.tangan diletakan pada area yang akan dipalpasi dan jari jari ditekankan kebawah perlahan – lahan sampai ditemukan hasil.
Persiapan alat
A. Kartu Snellen, bisa berupa Echart, Alphabet, dan gambar binatang. Ada 3 jenis
- Kertas
- Elektrik
- Proyektor

B. Lensa coba (Trial Lens Set)
C. Gagang coba Trial (Frame)
Untuk pemeriksaan visus bila penderita tidak bisa membaca kartu Snellen maka dilakukan dengan :
a. hitung jari
b. goyangan tangan
c. Cahaya gelap / terang
D. Pen light / senter
E. Opthalmoscope

PEMERIKSAAN FISIK PADA SYSTEM PENGLIHATAN
Ada 2 cara pemeriksaan yang dapatdilakukan yaitu secara subyektif dan obyektif.
• Pemeriksaan secara subyektif dilakukan dengan mempergunakan lensa dan frame percobaan serta obyek yang diletakkan pada jarak tertentu. obyek ini biasanya berupa huruf atau bentuk lainnya, disusun dalam beberapa baris denagan susunan makin ke bawah makin kecil.
• Pemeriksaan secara obyektif dilakukan dengan mempergunakan peralatan otomatis. Operator hanya perlu mengikuti prosedur pengoperasian dan hasil pemeriksaan bisa diketahui dalam waktu singkat.
1. ANAMNESA
Perlu dilakukan pernyataan pada pasien yang meliputi :
1. Keluhan Utama
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Riwayat penyakit dahulu yang berhubungnan dengan penyakit sekarang
4. Riwayat pemakaian obat2an
5. Riwayat penyakit keluarga


2. Secara garis besar keluhan mata terbagi menjadi 3 kategori, yaitu :
1. Kelainan penglihatan
2. Kelainan penampilan mata
3. Kelaianan sensasi mata (nyeri, gatal, panas, berair, mengganjal)

Kelainan Penglihatan
a. Penurunan tajam penglihatan
b. Aberasi penglihatan
Diplopia = double, (gangguan otot gerak mata atau perbedaan refraksi kedua
mata yang terlalu besar), baik monokuler atau binokuler

Kelainan Penampilan
Mata merah, perubahan lokal dari mata seperti ptosis, bola mata menonjol, pertumbuhan tidak normal.

Kelainan Sensasi
a. Sakit
b. Mata Lelah
c. Iritasi Mata

PEMERIKSAAN FISIK MATA
 PADA BAYI
a. Lakukan inspeksi daerah mata
b. Tentukan penilaian ada tidaknya kelainan seperti :
1) Strabismus (koordinasi gerakan mata yang belum sempurna), dengan cara menggoyang kepala secara perlahan lahan sehingga mata bayi akan terbuka
2) Kebutaan, seperti jarang berkedip atau sensitifitas terhadap cahaya berkurang
3) Sindrom down, ditemukan epicanthus melebar.
4) Glukoma congenital, terlihat pembesaran dan terjadi kekeruhan pada kornea
5) Katarak congenital, apabila terlihat pupil yang berwarna putih.
 PADA ANAK DAN DEWASA
 Pemeriksaan inspeksi dan palpasi struktur mata eksternal
a. Simetris kanan dan kiri
b. Alis mata : simetris atau sejajar, tumbuh umur 2 – 3 bln
c. Bulu mata : simetris, distribusi dan arah pertumbuhan
d. Kelopak mata : posisi, karakteristik kulit, kedipan
• Oedema
• Ptosis : celah kelopak mata menyempit karena kelopak mata atas turun
• Enof kelopak mata menyempit karena kelopak mata atas dan bawah tertari ke belakang
• Exopthalmus : pelebaran celah kelopak mata
e. Pemeriksaan kelenjar lakrimalis dan duktus naso lakrimalis dapat diketahui dengan jumlah produksi air mata. Jumlah air mata yang berlebih disebut epifora.
f. Pemeriksaan konjungtiva : bagian dalam: tampak merah muda, lembab, tanpa lesi dan terlihat pembuluh darah kecil kecil. menilai ada atau tidak adanya perdarahan subkonjungtiva yang dapat ditandai dengan adanya hyperemia dan edema konjungtiva palpebra.
g. Pemeriksaan sclera bertujuan untuk menilai warna, yang dalam keadaan normal berwarna putih, apabila ditemukan warna lain, kemungkinan ada indikasi penyakit lain
h. Pemeriksaan kejernihan kornea, apabila ada radang korne akan tampak keruh.
i. Pemeriksaan pupil, secara normal, pupil berbentuk bulat, simetris atau apabila diberi sinar akan mengecil dengan reflex cahaya langsung akan mengecil. Midriasis atau dilatasi pupil menunjukan adanya rangsangan simpatis, sedangkan miosis menunjukan keadaan pupil yangmengecil, pupil yang berwarna putih menunjukan kemungkinan adanya penyakit katarak.
j. Pemeriksaan jernih atau keruhnya lensa untuk memeriksa adanya kemungkinan katarak.
k. Pemeriksaan bola mata,palpasi : klien diminta menutup mata kemudian di palpasi secara lembut, normal tidak terjadi peningkatan dan tidak nyeri. kondisi bola mata yang menonjol dinamakan eksoftalmus dan bola mata yang mengecil dinamakan enofthalmus, strabismus atau juling merupakan su mbu visual yang tidak sejajar pada lapang gerakan bola mata, nistagmus yang merupakan gerakan bola mata ritmik yang cepat dan horizontal
Pemeriksaan Nervus
A. .Saraf Optikus (N. II)
Pemeriksaan meliputi penglihatan sentral (Visual acuity), penglihatan perifer (visual field), refleks pupil, pemeriksaan fundus okuli serta tes warna.
I. Pemeriksaan penglihatan sentral (visual acuity)
Penglihatan sentral diperiksa dengan kartu snellen, jari tangan, dan gerakan tangan.

• Kartu snellen
Pada pemeriksaan kartu memerlukan jarak enam meter antara pasien dengan tabel, jika tidak terdapat ruangan yang cukup luas, pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan cermin. Ketajaman penglihatan normal bila baris yang bertanda 6 dapat dibaca dengan tepat oleh setiap mata (visus 6/6)
• Jari tangan
Normal jari tangan bisa dilihat pada jarak 3 meter tetapi bisa melihat pada jarak 2 meter, maka perkiraan visusnya adalah kurang lebih 2/60.
• Gerakan tangan
Normal gerakan tangan bisa dilihat pada jarak 2 meter tetapi bisa melihat pada jarak 1 meter berarti visusnya kurang lebih 1/310.
II. Pemeriksaan Penglihatan Perifer
Pemeriksaan penglihatan perifer dapat menghasilkan informasi tentang saraf optikus dan lintasan penglihatan mulai dair mata hingga korteks oksipitalis.
Penglihatan perifer diperiksa dengan tes konfrontasi atau dengan perimetri / kompimetri.
Tes Konfrontasi
Jarak antara pemeriksa – pasien : 60 – 100 cm
Objek yang digerakkan harus berada tepat di tengah-tengah jarak tersebut.
Objek yang digunakan (2 jari pemeriksa / ballpoint) di gerakan mulai dari lapang pandang kahardan kiri (lateral dan medial), atas dan bawah dimana mata lain dalam keadaan tertutup dan mata yang diperiksa harus menatap lururs kedepan dan tidak boleh melirik kearah objek tersebut.
Syarat pemeriksaan lapang pandang pemeriksa harus normal.
Perimetri / kompimetri
Lebih teliti dari tes konfrontasi
Hasil pemeriksaan di proyeksikan dalam bentuk gambar di sebuah kartu.
III. Refleks Pupil
Saraf aferen berasal dari saraf optikal sedangkan saraf aferennya dari saraf occulomotorius.
Ada dua macam refleks pupil.
• Respon cahaya langsung
Pakailah senter kecil, arahkan sinar dari samping (sehingga pasien tidak memfokus pada cahaya dan tidak berakomodasi) ke arah salah satu pupil untuk melihat reaksinya terhadap cahaya. Inspeksi kedua pupil dan ulangi prosedur ini pada sisi lainnya. Pada keadaan normal pupil yang disinari akan mengecil.
• Respon cahaya konsensual
Jika pada pupil yang satu disinari maka secara serentak pupil lainnya mengecil dengan ukuran yang sama.
IV. Pemeriksaan fundus occuli (fundus kopi)
Digunakan alat oftalmoskop. Putar lensa ke arah O dioptri maka fokus dapat diarahkan kepada fundus, kekeruhan lensa (katarak) dapat mengganggu pemeriksaan fundus. Bila retina sudah terfokus carilah terlebih dahulu diskus optikus. Caranya adalah dengan mengikuti perjalanan vena retinalis yang besar ke arah diskus. Semua vena-vena ini keluar dari diskus optikus.
V. Tes warna
Untuk mengetahui adanya polineuropati pada n. optikus. Alat untuk periksa buta warna adalah Ishihara, tapi pasien di perlihatkan adanya tulisan di mana tulisan itu di bentuk dari kumpulan warna yang agak sejenis dan beda dengan di sekitarnya. tugas pasien benar tahu betul betul itu angka berapa Juga ada berupa jalan atau jalur yang berkelok-kelok pasien harus bisa mengikuti arah jalur itu. contoh testnya di bawah ini:


keterangan : yang atas bila tidak buta warna. Yang bawah yang buta warna

VI. Saraf okulomotoris (N. III)
1. Ptosis
Pada keadaan normal bila seseorang melihat ke depan maka batas kelopak mata atas akan memotong iris pada titik yang sama secara bilateral. Ptosis dicurigai bila salah satu kelopak mata memotong iris lebih rendah dari pada mata yang lain, atau bila pasien mendongakkan kepal ke belakang / ke atas (untuk kompensasi) secara kronik atau mengangkat alis mata secara kronik pula.
2.Gerakan bola mata.
Pasien diminta untuk melihat dan mengikuti gerakan jari atau ballpoint ke arah medial, atas, dan bawah, sekligus ditanyakan adanya penglihatan ganda (diplopia)dan dilihat ada tidaknya nistagmus. Sebelum pemeriksaan gerakan bola mata (pada keadaan diam) sudah dilihat adanya strabismus (juling) dan deviasi conjugate ke satu sisi.
3. Pemeriksaan pupil meliputi :
i.Bentuk dan ukuran pupil
ii.Perbandingan pupil kanan dan kiri
pupil sebesar 1mm masih dianggap normalPerbedaan. Normalnya 3 mm
iii. Refleks pupil
Meliputi pemeriksaan :
1.Refleks cahaya langsung (bersama N. II)
2.Refleks cahaya tidak alngsung (bersama N. II)
3.Refleks pupil akomodatif atau konvergensi
Bila seseorang melihat benda didekat mata (melihat hidungnya sendiri) kedua otot rektus medialis akan berkontraksi. Gerakan kedua bola mata ini disebut konvergensi. Bersamaan dengan gerakan bola mata tersebut maka kedua pupil akan mengecil (otot siliaris berkontraksi) (Tejuwono) atau pasien disuruh memandang jauh dan disuruh memfokuskan 15 cm didepan matamatanya pada suatu objek diletakkan pada jarak pasien dalam keadaan normal terdapat konstriksi pada kedua pupil yang disebut reflek akomodasi.
Cover-Uncover Test / Tes Tutup-Buka Mata
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi adanya Heterophoria.
Heterophoria berhubungan dengan kelainan posisi bola mata, dimana terdapat penyimpangan posisi bolamata yang disebabkan adanya gangguan keseimbangan otot-otot bolamata yang sifatnya tersembunyi atau latent. Ini berarti mata itu cenderung untuk menyimpang atau juling, namun tidak nyata terlihat.
Pada phoria, otot-otot ekstrinsik atau otot luar bola mata berusaha lebih tegang atau kuat untuk menjaga posisi kedua mata tetap sejajar. Sehingga rangsangan untuk berfusi atau menyatu inilah menjadi faktor utama yang membuat otot -otot tersebut berusaha extra atau lebih, yang pada akhirnya menjadi beban bagi otot-otot tersebut, wal hasil akan timbul rasa kurang nyaman atau Asthenopia.
Dasar pemeriksaan Cover-Uncover Test / Tes Tutup-Buka Mata :
• Pada orang yang Heterophoria maka apabila fusi kedua mata diganggu (menutup salah satu matanya dengan penutup/occluder, atau dipasangkan suatu filter), maka deviasi atau peyimpangan laten atau tersembunyi akan terlihat.
• Pemeriksa memberi perhatian kepada mata yang berada dibelakang penutup.
• Sewaktu tutup di buka, bila terlihat adanya gerakan dari luar (temporal) kearah dalam (nasal) pada mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat kelainan EXOPHORIA.
• Sewaktu tutup di buka, bila terlihat adanya gerakan dari dalam (nasal) luar kearah (temporal)pada mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat kelainan ESOPHORIA.
• Sewaktu tutup di buka, bila terlihat adanya gerakan dari atas (superior) kearah bawah (inferior) pada mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat kelainan HYPERPHORIA.
• Sewaktu tutup di buka, bila terlihat adanya gerakan dari bawah (inferior) kearah atas (superior) pada mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat kelainan HYPORPHORIA.
Alat/sarana yang dipakai:
• Titik/lampu untuk fiksasi
• Jarak pemeriksaan :
o Jauh : 20 feet (6 Meter)
o Dekat : 14 Inch (35 Cm)
• Penutup/Occluder


Prosedur/Tehnik Pemeriksaan :
1. Minta pasien untuk selalu melihat dan memperhatikan titik fiksasi, jika objek jauh kurang jelas, maka gunakan kacamata koreksinya.
2. Pemeriksa menempatkan dirinya di depan pasien sedemikian rupa, sehingga apabila terjadi gerakan dari mata yang barusa saja ditutup dapat di lihat dengan jelas atau di deteksi dengan jelas.
3. Perhatian dan konsentrasi pemeriksa selalu pada mata yang ditutup.
4. Sewaktu tutup di buka, bila terlihat adanya gerakan dari luar (temporal) kearah dalam (nasal) pada mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat kelainan EXOPHORIA. Exophoria dinyatakan dengan inisial = X (gambar D)
5. Sewaktu tutup di buka, bila terlihat adanya gerakan dari dalam (nasal) luar kearah (temporal)pada mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat kelainan ESOPHORIA. Esophoria dinyatakan dengan inisial = E (gambar C)
6. Sewaktu tutup di buka, bila terlihat adanya gerakan dari atas (superior) kearah bawah (inferior)) pada mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat kelainan HYPERPHORIA. Hyperphoria dinyatakan dengan inisial = X (gambar E)
7. Sewaktu tutup di buka, bila terlihat adanya gerakan dari bawah (inferior) kearah atas (superior) pada mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat kelainan HYPOPHORIA. Hypophoria dinyatakan dengan inisial = X (gambar F)
8. Untuk mendeteksi Heterophoria yang kecil, seringkali kita tidak dapat mengenali adanya suatu gerakan, seolah kondisi mata tetap di tempat. Untuk itu metode ini sering kita ikuti dengan metode tutup mata bergantian (Alternating Cover Test).
HIRSCHBERG TEST
Tujuan pemeriksaan Hirschberg Test adalah:
• Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya penyimpangan posisi bola mata dengan memperhatikan kedudukan reflek cahaya pada kornea.
• Menentukan besaran Heterotropia secara kuantitatif, dengan memperhatikan kedudukan reflek cahaya pada kornea.
Sarana/alat:
• Titik/Lampu untuk fiksasi
• Jarak pemeriksaan :
o Jauh : 20 Feet (6 meter)
o Dekat : 14 Inch (35 cm)

Tehnik/Prosedur Pemeriksaan :
• Minta kepada pasien untuk selalu memperhatikan titik/lampu fiksasi
• Pemeriksa menempatkan dirinya didepan pasien sedemikian rupa, sehingga dapat menilai dengan baik kedudukan reflek cahaya pada kornea pasien.
• Perhatian pemeriksa ditijukan pada mata yang mengalami penyimpangan poisi bolamata.
• Nilai posisi reflek cahaya pada kornea mata yang berdeviasi/menyimpang.

Pemeriksaan nervus V (trigeminus )
Reflek kornea
• Tutup mata yang satu dengan penutup
• Minta klien untuk melirik kea rah laterosuperior ( mata yang tidak diperiksa )
• Sentuhkan pilinan kapas pada kornea, respon reflex berupa kedipan kedua mata secara cepat
Glaberal reflek
Mengetuk dahi diantara kedua mata, hasil positif bila tiap ketukan mengakibatkan
kedua mata klien berkedip
Doll eye reflex
Bayi dipalingkan dan mata akan ikut tapi hanya berfokus pada satu titik

EVALUASI
Deteksi penyakit melalui kelainan mata
Penyakit lain juga dapat dideteksi melalui mata dengan tanda-tanda sebagai berikut
• Mata menonjol dapat berarti kelainan kelenjar gondok, kanker darah, tumor yang berasal dari organ lain seperti paru, payudara, kelenjar getah bening. Kadang-kadang disertai engan gangguan pergerakan bola mata sehingga penderita mengeluh berpenglihatan ganda.
• Kelainan kelopak mata:
o Kelopak mata menurun (kelainan saraf, usia tua, atau kencing manis).
o Kelopak mata tidak bisa menutup rapat (kelainan kelenjar gondok, kelainan saraf atau tumor).
o Kelopak mata bengkak (ginjal, jantung, alergi, dan sinusitis).
o Kelopak mata tidak dapat berkedip (lepra).
o Kelopak mata berkedip secara berlebihan (kelainan saraf/ otak).
• Mata juling (gangguan saraf/otak, stroke, kencing manis, tumor, dan gondok)
• Mata merah
o tanpa nyeri (cacingan, TBC, alergi ringan karena debu atau makanan, alergi berat karena obat, tiroid, HIV/AIDS, tumor)
o dengan nyeri hebat (rematik, sifilis, sarkoidosis, lupus (penyakit), kencing manis (kadang kadang mata nyeri saat dibuka diwaktu bangun)
o disertai dengan kornea yang kering dan penebalan selaput lendir (kekurangan vitamin A).

• Lingkaran putih disekeliling kornea pada usia muda (tingginya kolesterol).
• Katarak pada usia dini (dibawah usia 61 tahun) menandakan kencing manis. Ibu hamil yang selama masa kehamilan terinfeksi campak juga dapat menyebabkan anaknya lahir dengan katarak.
• batuk rejan anak2 : Subkonjungtiva bleeding
• Gangguan pertumbuhan : Bola mata kecil/besar





DAFTAR PUSTAKA

Putra, Abdi Kelana. 2008. Pemeriksaan Mata. Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran UNIKA Atma Jaya: Jakarta.
Salemba medika. 2008. Ketrampilan dasar praktek klinik untuk kebidanan/A. Aziz alimul Hidayat, Musrifatul Hidayat
Boediwarso, Tehnik Pemeriksaan Fisik, Pt. Bina Indra Karya, Surabaya, 1990
Priharjo, Robert, pengkajian fisik keperawatan, EGC, Jakarta, 1995
Supriadi, pemeriksaan fisik, untuk pelatihan kemampuan dosen kebidanan bandung dalam pemeriksaan fisik, 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar